17 November 2015

Teori Organisasi Umum 2 - Komunikasi


KOMUNIKASI

Pengertian
Pengertian Komunikasi Secara Umum adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan atau informasi antara dua individu atau lebih dengan efektif sehingga dapat dipahami dengan mudah. Istilah komunikasi dalam bahasa inggris disebut communication, yang berasal dari kata communication atau communis yang memiliki arti sama atau sama yang memiliki makna pengertian bersama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita dari dua orang atau lebih agar pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Proses dan Jenis Komunikasi

Jenis Komunikasi
A.    Komunikasi Menurut Cara Penyampaian
Kiranya kita tidak perlu sulit untuk mengenali cara-cara penyampaian informasi dalam komunikasi, karena pada dasarnya kita telah melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut cara penyampaian informasi dapat dibedakan menjadi :
·         1. Komunikasi Lisan.
·         Yang terjadi secara langsung dan tidak dibatasi oleh jarak, dimana ke dua belah pihak dapat bertatap muka.
·         Yang terjadi secara tidak langsung karena dibatasi oleh jarak.
·         2. Komunikasi Tertulis.
Yang dilaksanakan dalam bentuk surat dan dipergunakan untuk menyampaikan yang beritanya singkat. Jelas tetapi dipandang perlu untuk ditulis dengan maksud tertentu.
·         Naskah, yang biasanya dipergunakan untuk menyampaikan berita yang bersifat komplek
·         Blangko-blangko, yang dipergunakan untuk mengirimkan berita dalam suatu daftar.
·         Gambar dan foto, Karena tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata atau kalimat.
·         Spanduk, yang biasa dipergunakan untuk menyampaikan informasi kepada orang banyak.
Dalam berkomunikasi secara tertulis, sebaiknya  dipertimbagkan maksud dan tujuan komunikasi itu dilaksanakan. Dan perlu juga resiko dari komunikasi tertulis tersebut aman dan mudah dimengerti .

B.     Komunikasi Menurut Perilaku
Komunikasi merupakan hasil belajar manusia yang terjadi secara otomatis, sehingga dipengaruhi oleh perilaku maupun posisi seseorang. Menurut perilaku, komunikasi dapat dibedakan menjadi :
1.      Komunikasi Formal, Komunikasi yang terjadi diantara anggota organisasi atau perusahaan yang tata caranya telah diatur dalam sruktur organisasinya.
2.      Komunikasi Informal, Komunikasi yang terjadi di dalam suatu organisasi atau perusahaan yang tidak ditentukan dalam struktur organisasi.
3.      Komunikasi Nonformal, Komunikasi yang terjadi antara komunikasi yang bersifat formal dan informal, yaitu komunikasi yang bertujuan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan organisasi.
Maka telah diketahui bahwa komunikasi formal, informal dan nonformal saling berhubungan, dimana komunikasi nonformal merupakan jembatan antara komunikasi formal dengan komunikasi informal yang dapat memperlancar penyelesaian tugas resmi.

C.    Komunikasi Menurut Ruang Lingkup
Ruang lingkup terjadinya komunikasi merupakan batasan jenis komunikasi ono. Maka dalam komunikasi menurut ruang lingkup dapat dibedakan sebagai berikut :
1.      Komunikasi Internal, Komunikasi yang berlangsung dalam ruang lingkup atau lingkungan organisasi atau perusahaan yang terjadi diantara anggota organisasi atau perusahaan tersebut saja.
2.      Komunikasi Eksternal, Komunikasi yang berlangsung antara organisasi kepada pihak masyarakat yang ada di luar organissi atau perusahaan tersebut. Komunikasi dengan pihak luar dapat berbentuk : Eksposisi, pameran, promosi, publikasi, dan sebagainya.
3.      Komperensi Pers,
·         Siaran televisi, radio, dan sebagainnya.
·         Bakti social, pengabdian pada masyarakat, dan sebagainnya.
Komunikasi eksternal dimaksudkan untuk mendapatkan pengertian, kepercayaan, bantuan dan kerjasamadengan masyarakat.

D.    Komunikasi Memurut Aliran Informasi
Komunikasi menurut aliran informasi dapat dibedakan sebagai berikut :
1.      Komunikasi satu arah, Komunikasi yang berlangsung dari satu pihak saja.
2.      Komunikasi dua arah, Komunikasi yang bersifat timbale balik, dalam hal ini komunikasi diberi kesempatan untuk memberikan respons atau feedbeck kepada komunikatornya.
3.      Komunikasi ke atas, Komunikasi yang terjadi dari bawahan kepada atasan
4.      Komunikasi ke bawah, Komunikasi yang terjadi dari atasan kepada bawahan.
5.      Komunikasi kesamping. Komunikasi yang terjadi diantara orang yang memiliki kedudukan sejajar. Dengan demikian arah informasi tersebut akan dianut sebagai bentuk interaksi komunikasinya.

E.     Komunikasi Menurut Jaringan Kerja
Di dalam sebuah organisasi atau perusahaan komunikasi akan terlaksana neburut sistem yang ditetapkanya dalam jaringan kerja.
Komunikasi menurut jaringan kerja ini dapat dibedakan menjadi
1.      Komunikasi jaringan kerja rantai, Komunikasi terjadi menurut saluran hirarchi organisasi dengan jaringan komando sehingga mengikuti pola komunikasi formal.
2.      Komunikasi jaringan kerja lingkaran, Komunikasi terjadi melalui saluran komunikasi yang berbentuk seperti lingkaran.
3.      Komunikasi jaringan bintang, Komunikasi yang terjadi melalui satu sentral dan saluranya yang dilalui lebih pendek.

F.     Komunikasi Menurut Peranan Individu
Dalam komunikasi ini peranan individu sangat mempengaruhi keberhasilan proses komunikasinya. Ada beberapa macam antara lain :
1.      Komunikasi antar individu dengan individu yang lain.
2.      Komunikasi yang terlaksana secara nonformal maupun informal.
3.      Komunikasi antara individu dengan lingkungan yang lebih luas.
4.      Komunikasi yang terjadi karena individu yang dimaksudkan memiliki kemampuan yang tinggi.
5.      Komunikasi antara individu dengan dua kelompok atau lebih.
Dalam komunikasi individu berperan sebagai perantara antara dua kelompok atau lebih.

G.    Komunikasi Menurut Jumlah Yang Berkomunikasi
Komunikasi yang selalu terjadi diantara sesama manusia baik perorangan maupun kelompok. Jumlah yang berkomunikasi akan mempengaruhi proses komunikasi itu sendiri, disamping sifat dan tujuan komunikasi itu dilaksanakan. Untuk itu dapat dibedakan sebagai berikut :
1.      Komunikasi perseorangan, Komunikasi yang terjadi secara perseorangan atau individual antara pribadi dengan pribadi tentang permasalahan yang bersifat pribadi juga.
2.      Komunikasi kelompok, Komunikasi yang berlangsung dalam suatu kelompok atau group tentang masalah-masalah yang menyangkut kepentingan banyak orang dalam kelompok.

H.    Komunikasi Menurut Kelangsungannya
Di dalam proses komunikasi dapat kita ketahui terjadinya interaksi dua belah pihak tersebut sebagai berikut :
1.      Komunikasi Langsung adalah proses komunikasinya dilaksanakan secara langsung tanpa bantuan perantara orang ketiga ataupun media komunikasi yang ada dan tidak dibatasi oleh jarak.
2.      Komunikasi Tidak Langsung adalah proses komunikasinya dilaksanakan dengan bantuan pihak ketiga atau bantuan alat-alat atau media komunikasi.

I.       Komunikasi Menurut Maksud Komunikasi
Bila diperhatikan dengan seksama, maka dapat diketahui bahwa komunikasi dapat terlaksana bila terdapat inisiatif dari komunikator maka maksud terlaksananya komunikasi lebih banyak ditentukan oleh komunikator tersebut. Menurut maksud dilakukan komunikasi dapat dibedakan sebagai berikut :
1.      Pidato
2.      Ceramah
3.      Memberi perasaran
4.      Wawancara
5.      Memberi perintah atau tugas
Dengan demikian jelas bahwa inisiatif komunikator menjadi faktor penentu, demikian pula kemampuan komunikator tersebutlah yang memegang peranan keberhasilan proses komunikasinya.


Proses Komunikasi
Pada umumnya komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, dan menunjukkan sikap tertentu seperti tersenyum, mengangkat bahu dan sebagainya. Komunikasi ini disebut komunikasi nonverbal. Proses komunikasi bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi. Melalui komunikasi sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain.
a. Komunikator
Komunikator adalah pihak yang bertindak sebagai pengirim pesan dalam sebuah proses komunikasi. Dengan kata lain, komunikator merupakan seseorang atau sekelompok orang yang berinisiatif untuk menjadi sumber dalam sebuah hubungan.Seorang komunikator tidak hanya berperan dalam menyampaikan pesan kepada penerima, namun juga memberikan respons dan tanggapan, serta menjawab pertanyaan dan masukan yang disampaikan oleh penerima.
b. Pesan
Adalah setiap pemberitahuan, kata, atau komunikasi baik lisan maupun tertulis, yang dikirimkan dari satu orang ke orang lain. Pesan menjadi inti dari setiap proses komunikasi yang terjalin pesan terbagi menjadi dua, yakni pesan verbal dan non-verbal. Pesan verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya menggunakan kata-kata, dan dapat dipahami isinya oleh penerima berdasarkan apa yang didengarnya. Sedangkan, pesan non-verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya tidak menggunakan kata-kata secara langsung, dan dapat dipahami isinya oleh penerima berdasarkan gerak-gerik, tingkah laku, mimik wajah, atau ekspresi muka pengirim pesan.
c. Penerima
Adalah pihak yang memperoleh pesan atau stimulus yang dikirmkan oleh sumber. Stimulus yang diterima tersebut dapat terdiri dari beraneka ragam bentuk, seperti kata-kata, tulisan, gerak-gerik, mimik muka, ekspresi wajah, sentuhan, aroma, serta perbuatan atau tingkah laku lawan bicara. Selanjutnya, peran penerima adalah mencerna dan menanggapi stimulus tersebut dengan mendengar, melihat, membau, atau merasakan. Secara garis besar, penerima dapat terbagi menjadi penerima aktif dan penerima pasif. Penerima pasif adalah orang yang hanya menerima stimulus yang datang kepadanya, tanpa memberikan tanggapan serta umpan balik (feedback).Sedangkan, penerima aktif adalah orang yang tidak saja menerima stimulus yang datang kepadanya, tetapi juga memberikan tanggapan atau feedback secara aktif (berkelanjutan) kepada pengirim.
d. Feedback
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap sipenerima pesan Hal ini penting bagi manajer atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan balikan langsung yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak.

Contoh Kasus Komunikasi
          Contoh:

Keluarga Handoyo sedang berkumpul di ruang keluarga, si kembar dan kakaknya Joni menonton tv, sementara itu ayah sedang membaca. Ibu Handoyo sedang memasak untuk makan malam. Sang ibu menanyakan kepada semua anggota keluarga bagaimana telur mereka dimasak untuk santap malam; dadar, ceplok atau orak-arik?

Ceplok”, kata si kembar.
Sama”, ujar yang lain.
Dadar”, kata Bapak Handoyo.
Joni?” tanya Ibu. “Bagaimana denganmu?”
Diam. Joni bahkan tidak menoleh.
Joni? Kamu mau telurnya diapakan?” ibu mendesak dengan suara riang.
Aku kan lagi nonton”, jawab Joni dengan nada sangat jengkel. “Memangnya ibu enggak lihat? Huh…!” Dia kemudian mengalihkan perhatiannya kembali pada tv, sepenuhnya mengabaikan sang ibu.
Contoh di atas, dengan jelas memberikan gambara kepada kita bahwa prilaku Joni merupakan backtalk. Bila prilaku ini dibiarkan terus, maka akan berakibat pada diri Joni suatu sikap tidak mengharagi orang lain. Tetapi juga perlu dikritisi juga, Joni bisa saja mendapatkan prilaku ini dari contoh dilingkungannya, entah dalam keluarganya sendiri ataupun dari tv. Sehingga dalam mengajarkan sikap saling menghargai, kita sebagai orang dewasa juga harus menunjukkan sikap menghargai. Bisa jadikan, kita sebagai ibu-ibu ketika suami kita minta tolong diambilkan air ketika pulang kerja, kita menjawabnya ketus “ambil sendiri, kan capek yah seharian ini bersih-bersih!”

Cara Komunikasi dengan Baik, Efektif dan Tidak efektif
           
Komunikasi Baik dan Efektif
1. Hilangkan Perasaan Gugup
Perasaan gugup adalah masalah utama yang dihadapi orang yang akan bicara. Perasaan itu membuat kita enggan bicara. Namun biasanya perasaan gugup itu hilang dengan sendirinya saat kita mulai bicara. Belajarlah untuk menghadapi rasa gugup itu. Caranya adalah dengan tampil percaya diri dan anggap bahwa apa yang Anda lakukan itu benar.
2. Bicara Dengan Santai
Bicaralah dengan pelan dan santai. Tapi sesuaikan juga dengan suasana supaya tidak membosankan. Dengan demikian, perasaan tegang itu akan hilang dan apa yang ada di pikiran kita menjadi lebih lancar disalurkan ke banyak orang.
3. Hindari Bicara Gagap
Bicara gagap bukan karena kita memang gagap (kecuali untuk mereka yang benar-benar gagap), tetapi karena kita terlalu gugup sehingga pikiran kita tidak berjalan ke mulut kita. Caranya adalah dengan memikirkan per kalimat bukan per kata. Sehingga kita tidak perlu ngadat saat mengutarakan sebuah kalimat.
4. Bicara yang Sopan
Gunakan bahasa yang sopan, santun, dan mudah dimengerti oleh pendengar Anda supaya tidak terjadi salah paham. Orang-orang juga lebih menyukai orang yang bicara santun karena lebih sejuk di telinga.
5. Selalu Awali dan Tutup dengan Baik
Selalu awali pembicaraan dengan baik. Kata pembuka yang paling umum adalah “selamat pagi” atau disesuaikan dengan waktu. Kata salam pembuka itu penting untuk menandakan bahwa Anda siap bicara dan mereka juga harus siap mendengarkan. Setelah itu, tutup dengan baik supaya tidak terjadi keanehan saat Anda tiba-tiba berhenti bicara dan menghilang.
                        Contoh :
Contoh komunikasi efektif misalnya: seorang anak ingin bermain play station, sedangkan ia besok harus menghadapi ulangan umum. Maka sang ibu mendekati anaknya tersebut dengan kasih sayang, lalu mengingatkan :
“Nak, apakah kamu mau nilai raportmu merah?”
“Tentu tidak, Bu.”
“Apakah dengan main play station nilaimu dapat lebih baik?”
“Hmm… tidak Bu.”
“Apakah kamu suka jika tinggal kelas?”
“Tidak, Bu.”
“Jadi, bagaimana bila mainnya sesudah ulangan saja, dan sekarang saatnya belajar.”

Komunikasi dengan cara tersebut akan lebih baik, dibanding ibu memakai kata-kata kasar dan bentakan untuk mengingatkan sang anak agar mau belajar. Apalagi bila disertai pukulan fisik. Tentu sudah bukan lagi sebuah komunikasi yang efektif.
           
Komunikasi Tidak Efektif
Di dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu kelancaran jalannya proses komunikasi. Sehingga informasi dan gagasan yang disampaikan tidak dapat diterima dan dimengerti dengan jelas oleh penerima pesan atau receiver. Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-hambatan yang menyebabkan komunikasi tidak efektif yaitu adalah (1992,p.10-11) :

1. Status effect
Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya.

2. Semantic Problems
Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasi seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan sematis ini, sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh : pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan lain-lain.

3. Perceptual distorsion
Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya.

4. Difference
Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh: kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan berupa sup.

5. Physical Distractions
Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya komunikasi. Contoh: suara riuh orang-orang atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.

6. Poor choice of communication channels
Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya sambungan telephone yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul, gambar yang kabur pada pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada surat sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.

7. No Feed back
Hambatan tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang terjadi adalah komunikasi satu arah yang sia-sia. Seperti contoh: Seorang manajer menerangkan suatu gagasan yang ditujukan kepada para karyawan, dalam penerapan gagasan tersebut para karyawan tidak memberikan tanggapan atau respon dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan seorang manajer.

Bentuk Komunikasi
Bentuk-bentuk dalam komunikasi antara lain sebagai berikut :
Komunikasi vertical
Komunikasi vertikal adalah suatu komunikasi dari atas ke bawah serta juga dari bawah ke arah atas atau juga komunikasi dari pimpinan ke bawahan atau juga dari bawahan ke pimpinan dengan secara timbal balik. Komunikasi vertikal yang terjadi secara formal
Komunikasi horisontal
Komunikasi horisontal adalah suatu komunikasi dengan secara mendatar, sebagai contoh komunikasi antara karyawan dengan karyawan yang lainnya serta juga komunikasi ini sering sekali berlangsung tidak formal.
Komunikasi diagonal
Komunikasi diagonal sering juga disebut dengan komunikasi silang adalah seseorang dengan orang yang lain yang satu dengan yang lainnya juga yang berbeda dalam kedudukan serta juga bagian (Effendy, 2000 : 17).
Dimensi vertikal tersebut dapat dibagi menjadi ke bawah serta juga ke atas. Antara lain
Ke bawah :
Komunikasi yang mengarah dari satu tingkat didalam suatu kelompok atau juga organisasi ke suatu tingkat yang lebih ke bawah lagi. Fungsi dari pada komunikasi ini adalah memberikan suatu penetapan tujuan, memberikan suatu instruksi pekerjaan, menginformasikan suatu kebijakan serta jugaprosedur pada bawahan, menunjukkan suatu masalah yang memerlukan perhatian serta juga mengemukakan adanya umpan balik terhadap kinerja.
Ke atas :
Komunikasi ke atas ini yang mengalir ke suatu tingkat yang lebih tinggi didalam kelompok atau juga organisasi digunakan untuk dapat memberikan suatu umpan balik pada atasan, menginformasikan kepada mereka tentang kemajuan ke arah tujuan serta juga meneruskan masalah-masalah yang ada.
Dimensi lateral :
Komunikasi yang terjadi ini berada diantara kelompok kerja yang sama, berada diantara anggota kelompok kerja pada level (tingkat) yang sama, diantara manajer-manajer pada level (tingkat) yang sama (Robbins, 2002 : 314-315).

Teori Komunikasi

1. Teori Model Lasswell
Salah satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal adalah Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan sering dikutif banyak orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa (what that effect) (Littlejhon, 1996).

2. Teori Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi
Teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk mengenai efek media massa dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulus bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian menunjukan sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah dan asumsi stimulus respon tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran arus informasi dan menentukan pendapat umum.

3. Teori Informasi atau Matematis
Salah satu teori komunikasi klasik yang sangat mempengaruhi teori-teori komunikasi selanjutnya adalah teori informasi atau teori matematis. Teori ini merupakan bentuk penjabaran dari karya Claude Shannon dan Warren Weaver (1949, Weaver. 1949 b), Mathematical Theory of Communication.
Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi. Ini merupakan salah satu contoh gamblang dari mazhab proses yang mana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan dan menerjemahkannya (encoding dan decoding). Titik perhatiannya terletak pada akurasi dan efisiensi proses. Proses yang dimaksud adalah komunikasi seorang pribadi yang bagaimana ia mempengaruhi tingkah laku atau state of mind pribadi yang lain. Jika efek yang ditimbulkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi. Ia melihat ke tahap-tahap dalam komunikasi tersebut untuk mengetahui di mana letak kegagalannya. Selain itu, mazhab proses juga cenderung mempergunakan ilmu-ilmu sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan cenderung memusatkan dirinya pada tindakan komunikasi.

4. Teori Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory)
Phillip Palmgreen berusaha mengatasi kurangnya unsur kelekatan yang ada di dalam teori uses and gratification dengan menciptakan suatu teori yang disebutnya sebagai expectance-value theory (teori pengharapan nilai).
Dalam kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang Anda cari dari media ditentukan oleh sikap Anda terhadap media --kepercayaan Anda tentang apa yang suatu medium dapat berikan kepada Anda dan evaluasi Anda tentang bahan tersebut. Sebagai contoh, jika Anda percaya bahwa situated comedy (sitcoms), seperti Bajaj Bajuri menyediakan hiburan dan Anda senang dihibur, Anda akan mencari kepuasan terhadap kebutuhan hiburan Anda dengan menyaksikan sitcoms. Jika, pada sisi lain, Anda percaya bahwa sitcoms menyediakan suatu pandangan hidup yang tak realistis dan Anda tidak menyukai hal seperti ini Anda akan menghindari untuk melihatnya.

5. Teori Ketergantungan (Dependency Theory)
Teori ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin Defleur. Seperti teori uses and gratifications, pendekatan ini juga menolak asumsi kausal dari awal hipotesis penguatan. Untuk mengatasi kelemahan ini, pengarang ini mengambil suatu pendekatan sistem yang lebih jauh. Di dalam model mereka mereka mengusulkan suatu relasi yang bersifat integral antara pendengar, media. dan sistem sosial yang lebih besar.
Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh teori uses and gratifications, teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media.

6. Teori Agenda Setting
Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.

7. Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa
Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976), yang memfokuskan pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini berangkat dari sifat masyarakat modern, diamana media massa diangap sebagai sistem informasi yang memiliki peran penting dalam proses memelihara, perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat,kelompok, dan individu dalam aktivitas sosial. Secara ringkas kajian terhadap efek tersebut dapat dirumuskan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Kognitif, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, agenda-setting, perluasan sistem keyakinan masyarakat, penegasan/ penjelasan nilai-nilai.
2.      Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau menurunkan dukungan moral.
3.      Behavioral, mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan, pembentukan isu tertentu atau penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktivitas serta menyebabkan perilaku dermawan.

8. Teori Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan)
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenhi kebutuhannya. Artinya pengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.
Elemen dasar yang mendasari pendekatan teori ini (Karl dalam Bungin, 2007): (1) Kebutuhan dasar tertentu, dalam interaksinya dengan (2) berbagai kombinasi antara intra dan ekstra individu, dan juga dengan (3) struktur masyarakat, termasuk struktur media, menghasilkan (4) berbagai percampuran personal individu, dan (5) persepsi mengenai solusi bagi persoalan tersebut, yang menghasilkan (6) berbagai motif untuk mencari pemenuhan atau penyelesaian persoalan, yang menghasikan (7) perbedaan pola konsumsi media dan ( perbedaan pola perilaku lainnya, yang menyebabkan (9) perbedaan pola konsumsi, yang dapat memengaruhi (10) kombinasi karakteristik intra dan ekstra individu, sekaligus akan memengaruhi pula (11) struktur media dan berbagai struktur politik, kultural, dan ekonomi dalam masyarakat.

9. Teori The Spiral of Silence
Teori the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-Neuman (1976), berkaitan dengan pertanyaan bagaimana terbentuknya pendapat umum. Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat umum ditentukan oleh suatu proses saling mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu tentang pendapatnya dalam hubungannya dengan pendapat orang-orang lain dalam masyarakat.

10. Teori Konstruksi sosial media massa
Gagasan awal dari teori ini adalah untuk mengoreki teori konstruksi sosial atas realitas yang dibangun oleh Peter L Berrger dan Thomas Luckmann (1966, The social construction of reality. A Treatise in the sociology of knowledge. Tafsir sosial atas kenyataan: sebuah risalah tentang sosisologi pengetahuan). Mereka menulis tentang konstruksi sosial atas realitas sosial dibangun secara simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses simultan ini terjadi antara individu satu dengan lainnya di dalam masyrakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis atau intersubjektif.

11. Teori Difusi Inovasi
Teori difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers dan para koleganya. Rogers menyajikan deksripsi yang menarik mengenai mengenai penyebaran dengan proses perubahan sosial, di mana terdiri dari penemuan, difusi (atau komunikasi), dan konsekwensi-konsekwensi. Perubahan seperti di atas dapat terjadi secara internal dari dalam kelompok atau secara eksternal melalui kontak dengan agen-agen perubahan dari dunia luar. Kontak mungkin terjadi secara spontan atau dari ketidaksengajaan, atau hasil dari rencana bagian dari agen-agen luar dalam waktu yang bervariasi, bisa pendek, namun seringkali memakan waktu lama.


Sumber :
·         baitulhikmah.sch.id/komunikasi-efektif-pada-anak-studi-kasus-backtalk/


0 komentar:

Posting Komentar